
Suara.com - Hampir semua anggota Komisi I DPR RI merasa tidak puas terhadap penjelasan dari Facebook (FB) mengenai kebocoran data pengguna FB di sejumlah negara, termasuk juga di Indonesia yang berjumlah sekitar 1,1 juta akun.
Dalam penjelasannya, Vice President (VP) of Public Policy Facebook untuk Asia-Pasifik, Simon Milner menerangkan, kebocoran data para pengguna FB diakibatkan oleh pihak ketiga, yakni pengembang aplikasi bernama Dr Kogan, dan bukan karena FB sendiri.
Menanggapi itu, anggota Komisi I dari Fraksi PDI Perjuangan, Andres Hugo Pareira, menuding FB justru telah melakukan pembiaran terhadap apa yang telah dilakukan pihak ketiga yang terhubung dengan FB tersebut.
"FB telah membiarkan data yang digunakan atau data yang masuk ke laman FB dan digunakan oleh orang seperti Dr Kogan, lalu dijual. Jadi, (telah) terjadi pembiaran," kata Andreas dalam rapat Komisi I dengan pihak Facebook di DPR, Jakarta, Selasa (17/4/2018).
Meskipun yang membocorkan data pengguna bukan FB sendiri, namun sebagai pihak pertama yang punya data pengguna, FB dipandang setidaknya bisa memproteksi agar data-data itu tak disalahgunakan oleh pihak lain.
"Sama sekali tidak ada perlindungan data-data pribadi para pengguna laman Facebook, meskipun (kebocoran data) ini bukan oleh Facebook-nya," ujar Andreas.
Hal senada juga disampaikan oleh anggota Komisi I dari Fraksi Partai Golkar, Meutya Hafid. Menurut dia, berdasarkan penjelasan Simon, FB seolah-olah ingin melimpahkan tanggung jawab kepada pihak ketiga, dalam hal ini Dr Kogan.
Meutya bahkan mendesak pihak FB untuk membuka isi perjanjian antara FB dengan pihak aplikasi. Namun, permintaan tersebut tidak dipenuhi.
"Sayangnya, FB tak bisa memberikan dokumen perjanjian tersebut. Artinya, kita nggak bisa percaya klaimnya itu, bahwa yang membocorkan adalah pihak ketiga, dan (bahwa) pihak ketiga telah melanggar perjanjian dengan FB, karena perjanjian nggak disodorkan kepada kita," tutur Meutya.
Padahal, kata Meutya, jika perjanjian itu disodorkan dalam rapat bersama Komisi I, maka akan lebih mudah untuk memastikan siapa yang sebenarnya harus bertanggung jawab atas kebocoran data pengguna, khususnya bagi para pengguna FB di Indonesia.
"Karena kita ini negara hukum, kita punya UU ITE. Ada kebocoran, tapi sampai saat ini belum ada yang salah. Lalu siapa yang terkena ranah hukum pemindahtanganan data-data pribadi sesuai Pasal 30 dan 32 UU ITE? Siapa yang melanggar?" ujar Meutya.
"Kami nggak puas dengan apa yang disampaikan FB. Karena rapat dengan DPR sudah menjadi kebiasaan untuk menyerahkan data real. Ini bukan hanya dengan FB, dengan pemerintah pun mereka (senantiasa) memberikan data. Apalagi ada MoU dan kesepakatan hukum, pasti diserahkan kepada DPR," tutur Meutya menambahkan.
Sebelumnya dalam penjelasannya, VP of Public Policy untuk Asia-Pasifik Facebook, Simon Milner menuturkan bahwa masalah kebocoran data pengguna Facebook di sejumlah negara, termasuk juga data para pengguna FB di Indonesia, disebabkan oleh peneliti bernama Dr Alexander Kogan.
Menurut Simon, Dr Kogan selanjutnya menjadi pengembang aplikasi atau developer aplikasi yang terhubung ke aplikasi FB. Para pengguna aplikasi milik Dr Kogan dapat login dengan akun FB yang dimiliki. Saat login itu, maka data-data pribadi yang ada di akun FB, secara otomatis masuk ke aplikasi Dr Kogan.
"Tetapi tidak ada perjanjian atau pun agreement yang spesifik yang dibuat antara Facebook dan Dr Kogan ini, karena beliau adalah pengembang atau developer aplikasi," kata Simon.
Menurut Simon, semula Facebook menganggap bahwa data pengguna yang masuk ke aplikasi pengembang seperti Dr Kogan, adalah informasi yang bersifat publik.
"Tapi kebijakan dan juga ketentuan ini tentu bisa mengalami perubahan, seperti yang terjadi di tahun 2014. Adapun perubahan dilakukan untuk mencegah apa yang dilakukan oleh Dr Kogan, yakni mengakses data teman (pengguna)," ujar Simon.
Simon pun menegaskan, kebocoran data ke Cambridge Analytica murni adalah kesalahan Dr Kogan. Facebook menurutnya tidak memiliki hubungan langsung dengan Cambridge Analytica yang mengolah data-data pengguna FB yang bocor saat ini.
"Jadi, pada saat insiden kebocoran itu terjadi, Facebook tidak memiliki hubungan sama sekali dengan pihak Cambridge Analytica. Hubungan itu yang terbangun adalah (antara) Dr Kogan dengan Cambridge Analytica," tutur Simon.
"Jadi jelas tidak ada perjanjian atau agreement apa pun yang disusun. Tidak ada nota kesepahaman atau MoU apa pun yang tersusun, dan tidak ada dokumen apa pun yang mengaitkan Facebook dengan Cambridge Analytica. Itu sebetulnya adalah kebalikannya," tambah Simon.
https://microsite.suara.com/dpr/2018/04/17/193421/salahkan-pihak-ketiga-penjelasan-facebook-tak-puaskan-komisi-iBagikan Berita Ini
0 Response to "Salahkan Pihak Ketiga, Penjelasan Facebook Tak Puaskan Komisi I"
Post a Comment