Search

Travelling Sambil Mengajar Bersama Komunitas Seribu Guru

Suara.com - Travelling telah menjadi gaya hidup baru bagi banyak anak muda di Indonesia. Keinginan untuk melihat keindahan alam dan keramahan bangsa-bangsa di Nusantara, tercermin lewat meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dalam negeri. Namun sensasi menjelajah kerap menyisakan cerita tersendiri. Misalnya, ketimpangan infrastuktur dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia terutama di kawasan pedalaman. Masalah anak--terutama pendidikan dan gizi itulah yang menjadi concern bagi komunitas Seribu Guru.

Komunitas Seribu Guru merupakan gerakan inspirasi peduli pendidikan anak-anak di pedalaman Indonesia yang digagas oleh Jemi Ngadiono pada 22 Agustus 2012 lalu. Kepada Suara.com, Jemi bercerita bahwa dirinya sempat merasakan putus sekolah dan terpaksa dititip ke Panti Asuhan oleh orangtuanya karena kesulitan ekonomi.

"Saya sempat tinggal di panti asuhan di kawasan Jakarta Timur saat usia 3 smp karena orangtua di Lampung tidak bisa menyekolahkan. Saat di panti saya juga nggak langsung di sekolahkan tapi diminta menjaga peternakan ayam di kawasan Cileungsi," kenang lelaki kelahiran Tulang Bawang, Lampung, 11 Mei 1984 tersebut.

Ketika Jemi diberi kesempatan melanjutkan bangku SMA dan lulus, ia langsung mencoba peruntungannya di dunia kerja. Ia pernah bekerja sebagai admin hingga bekerja di pabrik plastik.

Dari pendapatannya itu, Jemi mencoba melanjutkan ke jenjang lebih tinggi yaitu bangku Universitas dan mendapat pekerjaan sebagai seorang videografer di sebuah media televisi nasional.

Pekerjaan barunya sebagai pekerja media membuat Jemi sering berkeliling dan melihat kehidupan pedalaman orang-orang Indonesia.

"Ketika penghasilan sudah lumayan, saya pikir saya perlu bantu mereka. Akhirnya saya buat akun Twitter untuk menyebarluaskan ide saya sampai akhirnya dapat banyak follower. Saya rasa Komunitas Seribu Guru merupakan contoh positif penggunaan media sosial," tambanhnya.

Lewat Komunitas Seribu Guru, Jemi menawarkan konsep traveling dan teaching di mana anak muda yang ingin berwisata tidak hanya sekadar jalan-jalan tetapi juga peduli dengan pendidikan anak-anak di tempat wisata yang dikunjungi.

Hingga kini, sudah ada ribuan orang Indonesia yang ikut dalam kegiatan Komunitas Seribu Guru. 

Bahkan sejak 2014 hingga 2017 saja, Komunitas Seribu Guru telah membagikan sekitar 45.000 tas sekolah, alat tulis dan penyuluhan kesehatan kepada 12.500 anak-anak di seluruh Indonesia.

"Komposisinya itu 30 persen mengajar dan 70 persen wisata,"


Bangun Smart Center Project

Tidak hanya mengajar, Jemi merasa Komunitas Seribu Guru perlu melakukan program berkelanjutan di beberapa daerah. Sebab itu, dia membangun Smart Center Project yang fokus terhadap kesehatan dan gizi dari anak-anak.

Smart Center Project Seribu Guru telah tersebar di 13 provinsi di Indonesia dan berada di sekitar 35 sekolah.

"Lewat Smart Center ini, kami akan membuat program pemberdayaan masyarakat. Orangtua murid akan diundang ke sekolah, lalu kita datangkan ahli gizi dan chef lokal yang memberi tahu memasak makanan bergizi lewat bahan-bahan lokal," tutupnya.

Anda yang tertarik untuk ikut serta dalam kegiatan mengajar sambil jalan-jalan yang ditawarkan oleh Komunitas Seribu Guru, tinggal mengikuti saja akun Instagram @1000_guru untuk mendapatkan info lengkap.
 

Let's block ads! (Why?)

https://www.suara.com/lifestyle/2018/08/18/160000/travelling-sambil-mengajar-bersama-komunitas-seribu-guru

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Travelling Sambil Mengajar Bersama Komunitas Seribu Guru"

Post a Comment


Powered by Blogger.